Pada awalnya, jual beli dilakukan manusia dengan cara barter (barang ditukar dengan barang). Seiring dengan kesulitan menemukan orang mau menukar barang yang dimiliki sekaligus membutuhkan barang yang dimiliki orang lain, maka alat pembayaran diganti dengan uang. Di jaman modern saat ini, barter hanya dilakukan sebagian masyarakat pedalaman.
Di desa, yang mirip dengan barter adalah punjungan (hantaran). Perbedaan mendasar antara keduanya adalah tiadanya prinsip jual beli dalam setiap punjungan. Punjungan biasa dilakukan di lingkungan keluarga, dari yang muda terhadap yang dituakan.
Secara lahir, punjungan yang diikuti tõndõ tresnõ (tanda cinta/kasih sayang) tampak seperti barter. Akan tetapi bagi masyarakat desa, punjungan dan tõndõ tresnõ lebih kental aroma kekeluargaannya daripada barter. Yang sangat khas adalah: pertama, sebuah tõndõ tresnõ selalu dilakukan dalam bentuk barang. Kedua, pemberian kembali tidak serta merta dilakukan pada saat bersamaan. Ketiga, pemberian kembali tidak pernah mempertimbangan harga barang yang diterima. Titik berat sebuah punjungan dan tõndõ tresnõ adalah pada ‘siapa pemberinya’… bukan yang lain!
~!@#$%^&*()_+